Desak Made Rita dan gelar juara dunia
Sukses menyalakan lampu hijau usai menyentuh tombol pencatat waktu, Desak Made Rita Kusuma Dewi mengepalkan tinju ke udara, mengatupkan kedua tangan lalu menutup wajahnya.
Emosional. Rasanya itu kata yang cocok untuk menggambarkan situasi yang tertangkap secara daring. Hal itu ternyata juga dirasakan di lokasi pertandingan ketika komentator mengucapkan kata yang sama saat Desak Made berhasil meraih gelar kejuaraan dunia IFSC Climbing World Cup Krakow 2025 di Polandia.
Dahaga gelar yang sudah lama dijalani, akhirnya terpuaskan di Polandia . Ini merupakan gelar juara dunia pertama bagi Desak Made setelah meraih emas di Bern 2023 -- yang menjadi tiket penentu untuk berkompetisi di Olimpiade 2024 Paris.
Desak Made sempat mengalami paceklik gelar pada 2024. Tahun yang sama ketika ia tidak mampu memanfaatkan peluang ketika tersingkir di babak perempat final Olimpiade Paris.
Bahkan, atlet asal Singaraja, Bali, itu gagal meraih kemenangan di perempat final di tanah kelahirannya sendiri ketika IFSC Climbing World Cup 2025 digelar di Bali, April lalu.
"Saya sangat senang, ini medali emas pertama saya setelah Bern," kata Desak Made, seperti disiarkan federasi panjat tebing dunia IFSC.
"Pada kompetisi terakhir saya di Bali, saya jatuh di perempat final. Pelatih saya selalu memberi tahu saya untuk menikmati setiap kompetisi, dan jika saya bisa melakukannya, saya bisa meningkatkan catatan terbaik saya di setiap perlombaan."
Untuk meraih dua kali gelar juara dunia, bukan perjalanan singkat. Butuh kegigihan, keberanian, keteguhan hati, dan semangat pantang menyerah dalam mengejar mimpi dari seorang atlet kelahiran 24 Januari 2001 itu.
Memulai mimpi
Perjalanan Desak Made dalam dunia panjat tebing dimulai sejak usia delapan tahun. Ketertarikannya terhadap olahraga ini berawal secara tidak sengaja ketika ia diajak oleh bibinya -- yang juga seorang atlet -- bermain ke taman kota tempat bibinya biasa berlatih.
Di sanalah untuk pertama kalinya Desak mencoba memanjat dinding panjat, begitu ia bercerita di saluran Rope to Rope.
Siapa sangka, dari percobaan iseng tersebut tumbuhlah kecintaan yang mendalam terhadap panjat tebing, yang kemudian membawanya berlatih secara rutin.
Semangatnya yang konsisten akhirnya membuka jalan menuju kesempatan besar. Pada Juli 2020, ia resmi diajak bergabung dengan tim nasional panjat tebing Indonesia.
Meski begitu, langkah awalnya di timnas tidaklah mudah. Masa itu bertepatan dengan pandemi COVID-19, ketika seluruh aktivitas olahraga di Bali dihentikan.
Desak pun sempat berhenti berlatih selama beberapa waktu sebelum akhirnya bisa bergabung dan kembali menjalani latihan. Baginya, kesempatan itu adalah sebuah keajaiban.
Di timnas, Desak menghadapi tantangan baru. Pelatih memberinya target untuk mencatatkan waktu tujuh detik dalam panjat tebing pada akhir 2020.
Alih-alih merasa terbebani, tantangan tersebut justru memotivasi Desak Made. Usahanya membuahkan hasil. Ia berhasil meraih waktu tujuh detik di tahun yang sama, sebuah pencapaian penting dalam kariernya.
Namun, perjalanan Desak tidak hanya diwarnai oleh tantangan fisik. Ia juga harus menghadapi tekanan mental dari komentar orang-orang yang meragukan bentuk tubuhnya.
Ia mengaku sempat kehilangan kepercayaan diri karena sering dianggap bertubuh gemuk. Beruntung, dukungan dari pelatih yang terus meyakinkannya bahwa tubuhnya kuat dan bertulang besar menjadi penguat mental yang sangat berarti.
Seiring waktu, Desak mulai belajar mencintai dirinya sendiri dan menumbuhkan keyakinan bahwa ia kuat dan mampu bersaing di level tertinggi.
0 Response to "Desak Made Rita dan gelar juara dunia"
Posting Komentar